Oleh: Reza Putra Pratama, S.T. (GES Environmental Engineer)
A recent graduate of UPN (Universitas Pembangunan Nasional) “Veteran” Yogyakarta and currently working on PT. GES (Ganeca Environmental Services) Bandung as Junior Engineer. Has an interest in field work.
Indonesia merupakan Negara beriklim tropis yang memiliki 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Berdasarkan data BMKG, tentang perkiraan hujan 2017/2018, hujan akan turun dari Sabang sampai Merauke berturut-turut terjadi pada bulan Juli sampai Desember dengan rata-rata curah hujan 2000-3000 mm/tahun (sumber: www.bmkg.go.id).
Negara Indonesia itu sendiri berada diantara Benua Asia dan Australia juga dilintasi zona katulistiwa, menyebabkan Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sayangnya terjadi penurunan luasan hutan tropis di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia sedikitnya 2% hutan tropis yang ada di Indonesia setiap tahunnya menyusut (sumber: www.wwf.or.id). Kejadian tersebut dapat disebabkan oleh adanya kegiatan penebangan hutan dan alih fungsi lahan. Adanya perubahan penggunaan lahan, tingginya curah hujan dan kegiatan deforestasi tentunya menjadi pemicu besarnya potensi Erosi di Indonesia.
Menurut Arsyad (2010) erosi didefinisikan sebagai hilangnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut air atau angin ke tempat lain. Untuk kawasan tropis penyebab utama proses erosi adalah air yang berasal dari kejadian hujan. Proses erosi terjadi ketika air hujan yang jatuh ke permukaan tanah menimbulkan adanya gaya geser dan tekanan. Air tersebut akan menghancurkan agregat tanah dan hancuran agregat tanah tersebut akan terpencar kesegala arah, jenis erosi ini tergolong dalam erosi percikan (splash erosion) lihat gambar 1.
Sumber : https://flowvella.com
Ketika tanah sudah dalam kondisi jenuh air, air hujan yang jatuh akan mengalir dan menyebabkan terjadinya air limpasan (run-off). Hancuran agregat tanah yang diakibatkan oleh splash erosion selanjutnya akan terbawa oleh aliran limpasan, aliran tersebut juga akan mengikis agregat tanah yang di alirinya, atau lebih dikenal dengan erosi limpasan permukaan (surface run-off erosion) lihat gambar 2. Kemampuan suatu aliran dalam menggerus tanah tidak sama pada setiap tempat, aliran yang memiliki karakteristik trubulensi (kederasan) yang besar maka semakin besar pula potensi aliran tersebut mengikis tanah sedangkan bila turbulensinya kecil maka semakin kecil pula potensi aliran tersebut mengikis tanah.
Sumber : http://adlib.everysite.co.uk
Air limpasan yang terjadi lambat laun akan terkonsentrasi pada satu titik yang menyebabkan terbentuknya saluran-saluran kecil (channel), adanya konsentrasi aliran menyebabkan pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut atau lebih dikenal dengan erosi alur (rill erosion) lihat pada gambar 3. Morgan (1979) dalam Utomo (1994) menyatakan bahwa efektivitas erosi alur dalam mengikis dan mengangkut tanah tergantung dari jarak alur yang satu dengan yang lain. Erosi alur akan efektif pada jarak alur yang sempit misalnya di daerah Ondernaarde dimana alur terjadi pada jarak 8 sampai 9 meter. Jika jarak alurnya lebar, misalnya pada daerah Bedford Shrine yaitu sekitar 330 sampai 350 meter, kehilangan tanah akibat erosi di dominasi oleh erosi limpasan permukaan.
Sumber : http://missionrcd.org
Saluran–saluran kecil yang terbentuk pada erosi alur akan mengalir dan terkonsentrasi pada satu tempat sehingga akan membuat sebuah saluran yang mana semakin berjalannya waktu akan semakin besar, hingga akhirnya membentuk parit yang permanen atau lebih dikenal dengan erosi parit (gully erosion) lihat gambar 4. Kemudian partikel tanah yang tergerus dan terangkut oleh aliran tersebut akan mengendap disuatu tempat.
Secara garis besar terdapat 3 proses yang terjadi secara berurutan dalam kejadian erosi yaitu penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Erosi yang terjadi baik pada jenis erosi percik, erosi limpasan permukaan, erosi alur dan erosi parit memiliki satu kesamaan yaitu pengikisan permukaan tanah, permukaan tanah umumnya merupakan lapisan yang kaya akan mineral untuk pertumbuhan tanaman sehingga berpengaruh terhadap hilangnya kesuburan tanah. Pengaruh lain dapat berupa kemerosotan produktivitas tanah sehingga petani penggarap akan kesulitan untuk menanam, rusaknya kualitas air tanah dan pendangkalan sungai. Dari segi kegiatan reklamasi tambang, adanya kejadian erosi mengakibatkan rusaknya bangunan konservasi seperti terasering dan teras bangku serta terganggunya pertumbuhan tanaman reklamasi akibat hilangnya unsur hara. Oleh karena itu bila dibiarkan berlanjut, adanya kejadian erosi akan berpotensi mengakibatkan kerugian yang besar baik dalam sektor perkebunan atau kegiatan reklamasi usaha pertambangan.
Sumber : http://www.osondu.com
Sumber
- Anonim. Kehutanan. (diakses dari https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/kehutanan/ pada tanggal 16 Oktober 2017)
-
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press. Bogor.
- Cross Compliance Guidance for Soil Management 2010 Edition (diakses dari http://adlib.everysite.co.uk/adlib/defra/content.aspx?id=2RRVTHNXTS.809L94AMO9UKA/ pada tanggal 16 Oktober 2017)
- Katelyn, Shelby, and Austin.-.Splash Erosion (diakses dari https://flowvella.com/s/31xg/C5776C97-F277-4BB3-860C-925D20F73164 / pada tanggal 16 Oktober 2017)
- Osondu,.-.Erosion Control Center (diakses dari http://www.osondu.com/abec/erosionindex.htm pada tanggal 16 Oktober 2017)
- Ridwan, Mohammad. 2017. Prakiraan Musim Hujan 2017 di Indonesia. (diakses dari http://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg pada tanggal 16 Oktober 2017)
- Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Cetakan Perama. IKIP Malang. Malang.
-
Vic Smothers Picture (diakses dari http://missionrcd.org/residential/southern-california-watersheds/living-healthy-watershed/el-nino-erosion/ pada tanggal 16 Oktober 2017)
Disclaimer: You may use and re-use the information featured in this website (not including GES logos) without written permission in any format or medium under the Fair Use term. We encourage users to cite this website and author’s name when you use sources in this website as references. You can use citation APA citation format as standard citation format. Any enquiries regarding the use and re-use of this information resource should be sent to info@gesi.co.id