Oleh: Widia Rahmawati Pahilda, S.T. Â (GES Environmental Engineer)
A Junior Engineer at PT. Ganeca Environmental Services. Have interest in water and solid waste management. Loves movie, novel, and sunset.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari sistem setempat (on site) yang diangkut melalui sarana pengangkut lumpur tinja (ciptakarya.pu.go.id). Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, IPLT merupakan Sub-Sistem Pengolahan dalam Sistem Pengelolaan Air LImbah Domestik Setempat (SPALD-S). Keberadaan suatu IPLT dinilai sangat penting mengingat lumpur tinja tidak boleh langsung di buang ke badan air, dikarenakan mengandung pencemar organik yang tinggi (Lestari dan Yudhihanto, 2013). Selain itu, kandungan Nitrogen dan Posfor pada lumpur tinja ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada air limbah domestik.
Kota Bandung pada dasarnya belum memiliki instalasi pengolahan lumpur tinja secara khusus. Saat ini, lumpur tinja dari pengolahan setempat masyarakat disedot dan dibuang ke jaringan perpipaan air limbah domestik Kota Bandung. Tentunya, sistem ini tidaklah ideal mengingat beban lumpur tinja yang berpotensi mengganggu sistem pengolahan air limbah domestik. Oleh karena itu, saat ini Kota Bandung sedang mengembangan IPLT baru yang berlokasi di Gumuruh. IPLT Gumuruh terletak di kecamatan Batununggal. Bangunan IPLT Gumuruh ini dibangun dari bekas container peti kemas. IPLT Gumuruh memiliki kapasitas pengolahan sebesar 20 m3/hari, kapasitas ini mampu mengolah limbah tinja dari 6-8 truk tinja dengan rata-rata kapasitas tangki truk tinja yaitu 2-3 m3.
Pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh dilakukan dengan menggunakan metode pengolahan biologi. Pengolahan ini dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan kandungan organik karbon yang terkandung didalam lumpur tinja. Metode pengolahan biologi yang digunakan yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). MBBR menggunakan sistem fluidized attached growth yaitu mikroorganisme yang tumbuh dan berkembangbiak dengan melekat pada suatu media (Metcalf dan Eddy, 2003). Keuntungan dari MBBR yaitu tidak memerlukan adanya reskulasi lumpur dan tidak memerlukan lahan yang luas. Teknologi MBBR yang dimanfaatkan di IPLT Gumuruh ini terdiri dari tahap aerob, fakultatif dan anaerob. Gambar berikut menunjukkan alur pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh:
Proses pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh ini diawali dengan unit penyaringan. Unit penyaringan atau screening berfungsi untuk memisahkan padatan besar (coarse material) seperti sampah yang berpotensi ikut terbawa didalam lumpur tinja. Penyaringan ini penting untuk diakukan karena berpotensi dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa dan peralatan mekanik seperti pompa. Kemudian, lumpur tinja dipompa dengan menggunakan vacuum pump yang ada di truk ke bak pengumpul. Bak pengumpul bertujuan untuk mengumpulkan lumpur tinja dan menyeragamkan kualitas lumpur tinja sehingga karakteristik lumpur tinja dapat lebih konstan. Penyeragaman kualitas dilakukan juga agar tidak terjadi beban kejut (shock loading) pada unit pengolahan selanjutnya.
Lumpur tinja dari bak pengumpul selanjutnya akan dipompakan ke separator yang berfungsi sebagai pemisah material padatan dari lumpur tinja. Selanjutnya, lumpur tinja dialirkan ke bak aerob. Pada bak aerob, proses pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan kehadiran oksigen. Oksigen pada bak aerob ini disuplai menggunakan aerator. Pada bak aerob ini akan terjadi proses nitrifikasi dimana nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4+ Ã NO3 ). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) > 2mg/l dengan pH berkisar antara 7,0-8,3 merupakan persyaratan yang harus diperhatikan untuk mengoptimalkan proses nitrifikasi (Sawyer, dkk., 2003).
Setelah melewati proses aerob, limbah tinja dialirkan ke bak fakultatif. Pada bak fakultatif ini terjadi pegolahan kombinasi antara aerob dan anaerob. Dimana proses aerob terjadi pada bagian atas bak dan proses anaerob pada bagian dasar bak. Setelah dari bak fakultatif selanjutnya lumpur tinja diolah pada bak anaerob. Pada bak anaerob ini terjadi pengolahan air limbah tanpa kehadiran oksigen. Pada bak anaerob terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat diubah menjadi gas nitrogen
Dari bak anaerob limbah akan dialirkan ke bak clarifier, pada bak ini terjadi proses pengendapan. Lumpur yang memiliki masa jenis lebih besar akan mengendap ke dasar bak dan sedangkan air yang terkandung pada limbah akan berada di permukaan bak. Air pada permukaan bak clarifier akan dialirkan menuju bak outlet, sedangkan lumpur akan diolah pada unit filter press. Pada unit filter press ini kandungan air yang masih terkandung dalam lumpur akan dikurangi.
Air yang merupakan hasil pengolahan lumpur tinja yang ditampung pada bak outlet selanjutnya akan dialirkan ke perpipaan air limbah PDAM. Perpipaan tersebut akan membawa air limbah ke Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) yang terdapat di Bojonngsoang, Kabupaten Bandung. Hal ini dilakukan dikarenakan kualitas air hasil pengolahan lumpur tinja belum memenuhi baku mutu Peratura Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Alur pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh ini sedikit berbeda dengan pengolahan lumpur tinja yang biasa dilakukan di IPLT pada umunya. Dimana biasanya proses anaerob mendahului proses aerob karena beban pengolahan pada proses aerob lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah proses anaerob. Selain itu, pengolahan anaerob juga merupakan jenis pengolahan yang dinilai paling efektif untuk mengolah limbah dengan beban organik yang tinggi seperti lumpur tinja. Pengolahan aerob biasanya ditambahkan jika pengolahan secara anaerob belum memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Pengolahan secara anaerob juga dipilih karena mampu menyisihkan beban organik yang tinggi, lumpur yang diproduksi sedikit, penyisihan patogen yang tinggi, menghasilkan gas methan yang dapat dimanfaatkan , dan kebutuhan energi yang rendah (Nykova et al., 2002).
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja. Diambil dari: http://ciptakarya.pu.go.id/plp/iplt/ (16 Januari 2016).
- Lestari, Desy, Rizkiyah. Yudhihanto, Gogh. 2013. Pengolahan Lumpur Tinja Pada Sludge Drying Bed IPLT Keputiha Menjadi Bahan Bakar Alternatif dengan Metode Biodrying. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
- Metcalf dan Eddy, 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. Mc Graw Hill Company: New York.
- Nykova N., Muller T. G., Gyllenberg M., Timmer J. 2002. Quantitative analyses of anaerobic wastewater treatment processes: identifiability and parameter estimation. Biotechnology and Bioengineering, 78, (1), 89-103.
- Sawyer C. N., McCarty P.L., Parkin G.F. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science: 5th Edition. McGraw-Hi: Singapore
Disclaimer: You may use and re-use the information featured in this website (not including GES logos) without written permission in any format or medium under the Fair Use term.
We encourage users to cite this website and author’s name when you use sources in this website as references. You can use citation APA citation format  as standard citation format.
Any enquiries regarding the use and re-use of this information resource should be sent to info@gesi.co.id