Oleh:Â Ihwan Ghazali, PhDÂ (Project Manager) &Â Â Tsabit Walad Al-Wahad, S.T., (GES Environmental Engineer)
Tingginya arus urbanisasi menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk wilayah padat penduduk. Oleh karena itu, Pemerintah terus berupaya untuk menjaga kualitas sanitasi masyarakat di wilayah padat penduduk dengan membuat program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Dengan memberikan stimulasi dana pembangungan pengolahan air limbah domestik skala komunal, program Sanimas ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat tentang kesadaran menjaga sanitasi lingkungan. Peran aktif dari masyarakat pada program Sanimas dimulai dari tahap perencanaan, pembangungan, operasi dan perawatan menjadi salah satu tujuan utama pada program Sanimas.
Program Sanimas yang telah berjalan ini ternyata menarik perhatian peneliti-peneliti dari Negara Jepang. Pada tanggal 4-5 September, melalui salah satu tenaga ahlinya Prof. Mitsuhiro Hayashi dan 25 mahasiswa bimbingannya dari CHUO University Jepang, melakukan kunjungan ke dua lokasi SANIMAS yang berada di kota Bandung. Lokasi SANIMAS pertama yang dikunjungi yaitu di Kelurahan Cijawura dan lokasi SANIMAS kedua di Kelurahan Manjahlega. Kunjungan CHUO University ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai manajemen program SANIMAS di Indonesia. Mulai dari kondisi eksisting SANIMAS, keberlanjutan program SANIMAS, dan tata kelola serta hubungan antar institusi dalam program SANIMAS. Menurut Profesor Hayashi, program SANIMAS ini sangat penting, karena bukan hanya fokus pada pemberian fisik bangunan tangki septik komunal tetapi juga untuk knowledge transfer kepada masyarakat untuk memberdayakan dan meningkatkan kepedulian serta kesadaran dalam menjaga sanitasi lingkungan.
Dua program SANIMAS yang dikunjungi merupakan hibah dari IDB (Islamic Development Bank) melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Program SANIMAS di dua lokasi ini berbentuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal beserta sambungan pipa air limbah. Â Namun waktu pembangunan dua lokasi SANIMAS ini berbeda, SANIMAS Kelurahan Cijawura dibangun pada tahun 2016 dan SANIMAS di Kelurahan Manjahlega dibangun pada tahun 2017. Berdasarkan hasil diskusi dengan operator Sanimas di dua lokasi kunjungan, operator mengatakan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolan dan perawatan SANIMAS juga berbeda. Menurut Bapak Tiya selaku perwakilan KPP (Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara) SANIMAS Cijawura, partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan dan pemeliharaan SANIMAS rendah. Hal ini dilihat dari masyarakat yang belum berpartisipasi untuk membayar iuran bulanan sebagai dana pengelolaan dan pemeliharaan SANIMAS. Berbeda dengan kondisi SANIMAS Manjahlega, menurut Bapak Tarsa sebagai perwakilan KPP SANIMAS Manjahlega, tingkat partisipasi masyarakat cukup baik karena masyarakat masih mau membayar iuran untuk pengelolaan dan pemeliharaan SANIMAS. Perbedaan kondisi SANIMAS di dua lokasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi ekonomi, persepsi masyarakat, dan lain sebagainya.
Selain kunjungan ke dua lokasi SANIMAS, CHUO University juga mengunjungi Kantor Satker PSPLP Jawa Barat yang diterima oleh Bapak Indra Gunawan sebagai Kepala Satker PSPLP Jawa Barat. Dalam kunjungan ini, Satker PSPLP Jawa Barat menjelaskan banyak hal mengenai program SANIMAS dari sudut pandang institusi pemerintahan seperti regulasi, tahapan kegiatan mulai dari perencanaan sampai pengoperasian, dan tujuan program SANIMAS. Setelah itu, Mahasiswa CHUO University juga berkesempatan untuk memaparkan penelitian yang sedang mereka lakukan kepada perwakilan dosen Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Pada kegiatan tersebut Mahasiswa CHUO University mendapat saran dan rekomendasi untuk penelitian yang sedang dilakukan dari akademisi ITB.
Melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembangunan tangki septik berbasis komunal, program Sanimas ini diharapkan mampu menjadi pemicu kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi menjaga sanitasi lingkungan. Masyarakat diikutsertakan salah satu pendukung rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2015 – 2019 dimana pemerintah mengupayakan 100% ketersediaan air minum, bebas kumuh dan 100 % akses sanitasi yang layak pada tahun 2019.
Disclaimer: You may use and re-use the information featured in this website (not including GES logos) without written permission in any format or medium under the Fair Use term. We encourage users to cite this website and author’s name when you use sources in this website as references. You can use citation APA citation format  as standard citation format. Any enquiries regarding the use and re-use of this information resource should be sent to info@gesi.co.id